Selasa, 31 Oktober 2017

Indahnya Bersyukur



Setiap segala yang dialami sebenarnya itu merupakan kebaikan. Karena segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah. Seperti yang saya alami kemarin. Pagi hari mengikuti KKG meski harus tersesat sehingga lebih lama sampai tujuan. Arah pun bisa berbalik. Dalam pikiran ke selatan ternyata ke utara.  Maunya sih lebih cepat tapi ternyata malah lebih lama karena belum pernah melauli jalan itu dan hanya sekedar coba-coba. Mungkin karena saya tidak pakai google map. Pulangnya silaturahmi dua tempat. Saya bersyukur dikaruniai kesehatan sehingga bisa silaturahmi.Meski pulang sore dan belum jadi periksakan anak yang sedang flu.

Akhirnya malam hari harus pergi memeriksakan anak ke tempat pelayanan kesehatan. Apa hikmahnya coba? Ternyata di perjalanan dan sambil menunggu dapat mengikuti pelatihan online. Padaha kalau di rumah terkadang sinyal sulit sekali. Sampai rumah pun masih berlangsung pelatihannya. Alhamdulillah sore hari ternyata anak sudah tidur lama. Jadi sampai malam saya ajak tidur saja belum mau, karena  belum ngantuk. Hikmahnya saya bisa keluar rumah cari sinyal, meskipun sepi dan ada suara burung hantu saya memberanikan diri  di halaman rumah. Anak saya baru sibuk dengan pembatas bukunya.

Akhirnya anak mau diajak tidur. Meski belum selesai saya menemani tidur dan kebetulan sinyal pun hilang  lagi. Tapi alhamdulillah telah banyak mendapat ilmu dari pelatihan online tersebut. Jika  semua disyukuri semua menjadi indah dan menyenangkan. Segala sesuatu disikapi dengan baik akan menjadi nyaman sehingga semuanya berjalan dengan baik.

Itulah mengapa saya senang ikut pelatihan secara online meski terkadang berbayar.  Karena bisa diikuti kapan saja, di mana saja dan sedanga apapun. Sebenarnya sangat ingin ilmu secara langsung dari pakarnya, ingin sekali dan sangat ingin. Tapi saya sangat tidak ingin melewatkan waktu ahad bersama keluarga. Senin sampai sabtu kerja, anak juga sekolah. Jika minggu pergi , kapan waktu bersama anak. Saya tahu kebersamaan bersama anak waktu kecil sangatlah berarti. Karena mereka mungkin bentar lagi akan besar dan mungkin meraka akan sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Aku hobi menulis juga sayang keluargaku.

Senin, 30 Oktober 2017

Manfaat Membaca




Membaca banyak manfaatnya.  Membaca bisa mencegah kepikunan, manambah ilmu, dan sebagainya. Membaca juga bisa dapat uang. Bagaimana membaca bisa dapat duit?
Coba saja baca tentang cara menghemat uang, terus laksanakan. Misal memasak makanan sendiri seperti tulisan saya di blog ini. Wow, dalam satu bulan bisa berapa rupiah dengan berhemat daripada jajan di luar. Bagi keluarga yang dalam keluarga terdiri dari banyak orang, tentu akan menguras pendapatan keluarga.  Kan kebutuhan tidak hanya buat makan saja.

Bagaimana kalau udah masak sendiri kok masih pendapatan kurang? Coba baca tentang cara menambah penghasilan. Saya beri juga contoh, silahkan baca cara membuat jajan anak sekolah kemudian buat dan setorkan ke sebuah sekolah. Wow, bisa jadi laris manis lho. Kalau tidak laku gimana? Coba baca lagi masakan lain sampai ketemu yang cocok. Pasti bisa.

Kok buat perempuan saja?
Mau buat laki-laki? Coba deh baca manfaat tidak merokok, lalu lakukan. Coba hitung dalam satu bulan berapa uang yang dapat dihemat jika tidak merokok.

Kok kayak gitu tidak ilmiah. Mau yang ilmiah? Baca buku baru kemudian diresensi. Jika beruntung bisa dapat uang. Tapi kan beli? Ya tidak apa-apa beli kan bisa buat investasi buku. Selain  buku baru bisa dibuat resensi, bisa dibuat artikel juga. Tulis  dengan bahasa sendiri dan ditambah-tambah.
Mau tambah lagi caranya? Tunggu tulisan selanjutnya. Kalau sudah ada ide hehe.

Jumat, 27 Oktober 2017

Menulis dengan Hati akan Abadi



Pengalaman yang menurut saya berkesan karena tulisan yang tembus media ternyata tidak bisa membuat saya lantas terbiasa menulis. Padahal honor sekali menulis  melebihi gaji saya satu bulan sebagai guru honorer waktu itu. Tetapi setelah itu saya berhenti menulis. Mengapa? Karena saya kurang terbiasa membaca. Setelah itu saya tidak menjadi petugas perpustakaan dan saya sudah cukup dengan gaji saya yang baru. Waktu itu saya menulis sekedar coba-coba meskipun berhasil.

Beberapa waktu setelah itu baru mulai lagi suka membaca dan menulis. Mengapa lagi? Mungkin karena menulis itu dari hati. Silahkan menafsirkan apa dengan kata-kata itu. Tetapi maksud saya disini adalah jika menulis berdasarkan keinginan yang kuat untuk menulis, itu akan lebih tahan lama. Menulis karena ingin bermanfaat bagi orang lain entah dalam bentuk apa.

Sebagai contoh, misalkan kita aploud status di facebook, jika banyak yang like mungkin senang. Tetapi jika tidak banyak yang like jadi tidak menulis lagi itu jika menulis tidak dengan niat yang kuat. Jika kirim tulisan tidak dimuat kemudian tidak menulis lagi. Jika keinginan karena uang  mungkin juga akan kecewa.

Saya jadi sadar bahwa budaya menulis sebaiknya diimbangi dengan kegiatan membaca. Jika  sering membaca akan lebih mudah menulis. Karena perbendaharaan kosakata akan lebih banyak. Membaca akan lebih menambah wawasan juga. Membaca akan lebih menyenangkan bila bacaan merupakan sesuatu yang disenangi.Menulislah karena kita ingin menulis, tidak peduli mau jadi apa tulisan kita nanti.

Jangan baper karena tulisan hanya sedikit yang like. Jika tidak like bukan berartii tidak membaca. Sebagai contoh, ketika saya mengirim tautan dari blog memang sedikit sekali yang like. Tapi di hari itu saya lihat statistik blog saya naik drastis. Berarti banyak yang baca meskipun tidak like.   Terima kasih buat yang berkenan membaca tulisan di blog ini.

Jadikan menulis sebagai ladang amal. Kok bisa? Dengan menulis barangkali ada yang terinspirasi dengan tulisan/buku yang ditulis dan melalukan kebaikan. Berarti kita telah mengajak kebaikan meskipun dengan menulis.

Berkumpul dengan orang-orang yang suka menulis dan membaca juga menambah keinginan kuat untuk menulis. Misalnya dengan bergabung di dosen menulis membuat saya lebih bersemangat.  Terima kasih semangat dan motivasinya Ibu Dr. Amie Primarni dan Bapak Dr. Ngainun Naim, serta teman-teman di grup dosen menulis.
#Guru menulis
# Dosen menulis

Kamis, 26 Oktober 2017

Mengembangkan Budaya Literasi dengan Lomba



Beberapa waktu yang lalu saya berpikir. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengembangkan kegiatan literasi di sekolah? Saya begitu suka membaca dan menulis. Tapi rasanya sungguh tak enak jika di sekolah hanya saya yang suka membaca. Membaca dan menulis kan banyak manfaatnya. Lalu saya mempunyai ide untuk mengadakan lomba membuat ringkasan cerita untuk kelas saya sendiri. Meskipun hadiahnya cukup sabun mandi saya melihat anak-anak sangat senang.
Selanjutnya saya berpikir lagi,” Kok hanya kelas saya yang diajak buat menulis. Yang lain juga dong” pikir saya. Akhirnya saya bilang kepada kepala madrasah bagaimana jika dalam pelaksanaan bulan bahasa kita laksanakan lomba. Gayung pun bersambut. Akhirnya kami bermusyawarah tentang lomba apa saja yang akan dilakukan.
Akhirnya kami sepakat lomba yang diadakan adalah lomba menulis bagus, lomba cipta dan baca puisi, dan lomba pidato.  Setiap siswa mempersiapkan lomba yang diikuti. Bahkan mungkin tidak hanya siswa yang disibukkan dengan lomba itu. Tapi mungkin orang tuanya. Karena untuk lomba pidato, teks yang dipersiapkan dibuat di rumah dan boleh minta bimbingan dari orang tua. Siswa juga harus mengumpulkan teks pidato yang dibuat.
Lomba tersebut  kami adakan wajib bagi setiap siswa sesuai dengan kriteria kelasnya. Anak-anak sangat antusias untuk mengikutinya.  Bahagia rasanya dapat memberikan virus positif di mana kita berada. Meski baru sedikit yang bisa dilakukan, paling tidak jika itu dibudayakan suatu saat akan kelihatan hasilnya.
Lomba tersebut juga kami adakan dalam rangka mencari siswa yang berbakat dalam bidang tersebut. Karena sebelumnya jika ada lomba penunjukan biasanya diadakan pada siswa yang itu-itu saja. Bahkan ada siswa yang merasa iri karena tidak ditunjuk dalam lomba. Dengan adanya kompetisi seperti itu, maka tentunya setiap siswa akan merasa diperlakukan dengan adil.

Mengatasi Hambatan dalam Menulis



Ada beberapa hal yang menyebabkan saya belum aploud tulisan di grup dosen menulis. Pertama karena malu karena saya guru bukan dosen. Kedua saya masih malu dengan tulisan saya. Bahkan saya pernah aploud tulisan di grup telegram tapi saya hapus lagi karena kurang PD sebab ada penulisan nama yang salah. Sebenarnya hampir setiap hari saya sudah menulis, tetapi ada beberapa yang belum saya aploud.  Setelah mendapat materi tadi malam dari Bapak Dr. Ngainun Naim yang baru saya terima tadi pagi karena kendala sinyal, maka saya berusaha menghilangkan beberapa kendala penulis yang saya alami. Lalu apa yang saya lakukan? 
1.      Jangan malu
Seperti yang saya sampaikan tadi, saya begitu malu aploud tulisan saya. Sebenarnya itu bisa disiasati  dengan berusaha menghilangkannya. Kenapa mesti malu? Tidak berbuat salah kok malu. Yang namanya malu akan menghambat orang untuk maju. Dulu saya menulis dan mengirim ke media seperti majalah karena banyak orang yang tidak tahu saya mengirim ke redaksi majalah tersebut. Tahu-tahu ada nama saya di majalah itu. Namun kali ini terkadang sering  mendapat tugas untuk aploud tulisan jadi mau tidak mau sebagai guru saya harus memberi contoh mengerjakan tugas. Harapannya semoga bisa menjadi budaya terus menulis tidak hanya sekedar kumpul tugas. 
2.      Paksakan
Mungkin itu yang harus dilakukan ketika ada kendala dalam niat ingin menulis. Saya terkadang masih menulis dengan modal mood. Tapi saya sadar menulis itu harus dibiasakan. Membiasakan menulis setiap hari akan memudahkan menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan. Paksakan juga aploud tulisan. 
3.       Buat kerangka
Ini  yang saya lakukan sebelum menulis agar ide tidak hilang. Sebelum membuat tulisan kita buat kerangka dulu sehingga akan lebih mudah untuk memberikan penjelasan. Tips ini sebelumnya pernah saya peroleh ketika mengikuti sebuah seleksi kepenulisan. Karena terkadang kita bingung mau nulis yang mana dulu. Maka dengan membuat kerangka akan memudahkan untuk menulis agar tidak ada yang terlewat. 
4.       Berkumpul dengan orang yang saling mendukung dalam menulis
Hal ini sangat saya rasakan besar manfaatnya. Misalnya di Fb saya banyak berteman dengan para penulis. Hal ini akan menambah semangat kita dalam menulis. Selain kita lebih bersemangat dalam menulis, kita juga dapat mengikuti seleksi kepenulisan yang beliau lakukan. Dan ini yang membuat saya lebih percaya diri karena kedua tulisan saya akan terbit di penerbit mayor meskipun dalam bentuk antologi dan masih proses editing.
# Guru menulis
#Dosen Menulis