Senin, 19 Maret 2018

Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah



Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan, baik sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Program ini dicanangkan karena selama ini dunia pendidikan dinilai kurang berhasil dalam mengantarkan generasi bangsa menjadi generasi yang bermartabat.
Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-nilai karakter para peserta didik, yang mengandung komponen-komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.
Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia sangat memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya program pembangunan yang baik. Dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki SDM yang bermutu.
Sekolah merupakan Kawah Candradimuka bagi anak didik dalam menggapai sesuatu yang dicita-citakan. Pendidikan karakter sangat efektif diterapkan di sekolah. Hal ini mengingat ikatan legalitas formal di lembaga pendidikan formal sangat kuat, yang berbeda dengan pendidikan informal dan nonformal. Sehingga, diperlukan desain khusus dan efektif untuk mengajarkan pendidikan karakter di sekolah.
Walaupun demikian, pendidikan karakter dalam keluarga dan masyarakat juga sangat penting. Agama memberikan perhatian besar terhadap peran orang tua dalam pendidikan karakter anak. Jika orang tua lengah maka anak bisa rusak moralnya. Lingkungan juga berpengaruh besar terhadap karakter anak, karena karakter anak akan menjalar ke temannya. Jika karakter itu positif maka temannya mendapatkan dampak positif. Namun, jika sebaliknya maka teman pergaulannya akan dibawa menuju lubang kehancuran moral yang sulit diobati. Oleh karena itu, sinergi dan kolaborasi antara keluarga, lingkungan, dan sekolah merupakan  keniscayaan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.
Ada beberapa tips ,menerapkan pendidikan karakter di madrasah antara lain:
1.      Menghidupkan Sholat Berjamaah.
Beribadah kepada Tuhan mempunyai efek positif bagi perkembangan mental dan kepribadian seseorang. Dengan ibadah, hati menjadi tenang, perilaku terkendali, dan orientasi hidup tertata dengan baik. Dekat dengan Tuhan menyebabkan hidup menjadi visioner, melihat jauh ke depan. Pelakunya tidak hanya memandang kesenangan sesaat (duniawi) dan melupakan hidup di akhirat nanti.
            Shalat jamaah dalam Islam, selain menunjukkan pentingnya kerukunan dan persaudaraan, juga menjadi wahana efektif dalam penyebaran pengetahuan antara ilmuwan dan orang awam. Sehingga terjadi interaksi ilmiah yang  bermanfaat bagi semua orang. Shalat menjadi salah satu elemen penting dalam pembangunan karakter seseorang.
            Dengan adanya shalat berjamaah, pelan-pelan namun pasti, moralitas anak didik akan semakin tertata. Sikap atau perilaku mereka terkendali , serta proses perubahan mental dan karakter terjadi secara bertahap. Pendidikan memang bukan hanya transfer pengetahuan, tapi juga perubahan perilaku sesuai dengan nilai-nilai agung yang diyakini kebenarannya.
2.      Mencium Tangan Guru
Mencium tangan guru merupakan salah satu alternatif  dalam pembinaan moral dan pembentukan karakter anak didik di masa depan. Hal tersebut dikarenakan saat ini banyak siswa dan siswi yang tidak menghormati guru, bahkan berani menantang dan berkelahi dengan guru.
Mencium tangan saat bersalaman merupakan simbol kerendahan hati dan penghormatan seseorang kepada orang yang dihormati dan disegani. Guru merupakan salah satu sumber ilmu sehingga sangat wajar dicium tangannya. Tradisi ini diharapkan ditularkan anak kepada orang tua dan tokoh yang dihormati. Bahkan mencium tangan ternyata cukup efektif untuk menghilangkan kesombongan dan keangkuhan pada diri seseorang. Dalam agama memang ada aturan jika seseorang sudah besar tidak boleh menyentuh wanita yang sudah besar. Artinya, dalam proses cium tangan ini maka ibu guru cukup memberi isyarat dengan tangan, sehingga terhindar dari kontak fisik yang dilarang dalam agama.
3.      Membuat Pesan-Pesan Pendek di Tempat-Tempat Strategis
Di sekolah, diusahakan ada banyak tempat yang bisa ditempelkan kata-kata mutiara dari para tokoh. Tidak perlu tulisan yang banyak. Sedikit saja asalkan mengena akan membekas dalam pikiran, hati, dan sikap anak didik. Kata-kata mutiara tersebut dibuat dalam bentuk permanen dan ada pula yang temporer. Mungkin, satu minggu, dua minggu, atau satu bulan harus diganti dengan kata-kata yang lain. Dengan demikian, anak didik mendapat  sesuatu yang baru secara terus-menerus sehingga semangat belajar dan berprestasi senantiasa dinamis sepanjang waktu.
4.      Menyediakan Koleksi Buku Akhlak yang Berkualitas
Dalam konteks pendidikan karakter, tersedianya buku bacaan akhlak, moral, etika, dan motivasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Kepala Sekolah bertugas aktif mengembangkan perpustakaan dengan melengkapi koleksi bacaan, fasilitas komputer, internet, serta mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah seperti bedah buku, lomba menulis, seminar, dan lain sebagainya. Kegiatan ini akan menggugah dan mendorong semangat seseorang untuk membaca, menulis, berdiskusi, dam berkompetisi secara sehat, yang bermanfaat bagi pembangun karakter positif.
5. Menanamkan Keikhlasan
Dunia pendidikan merupakan dunia pengabdian yang suci bagi bangsa dan negara. Tugas utama pendidikan adalah melahirkan kader-kader penerus bangsa yang berkualitas tinggi, baik moralitas, intelektualitas, dan spiritualitasnya. Oleh sebab itu, pragmatisme, oportunisme, dan materialisme tidak boleh dijadikan kiblat dalam dunia pendidikan.  Komersialisasi dan industrialisasi pendidikan akan menghilangkan ruh suci pendidikan yang bertugas mengubah perilaku anak didik sesuai dengan nilai-nilai agung yang diyakini.  Maka keikhlasan, ketulusan, dan kesucian hati sangat penting dalam mengabdi.
6. Membuat Program Praktik Pendidikan Karakter
Masing–masing sekolah hendaknya mempunyai agenda praktik pendidikan karakter. Sehingga, pendidikan tidak berhenti pada tataran teori yang membosankan. Para pengambil kebijakan di sekolah sudah saatnya melakukan terobosan ide dan strategi dalam pembinaan karakter yang berkualitas. Karakter yang menjadi pondasi dalam meraih kesuksesan gemilang di masa depan, masa kompetisi dan tantangan yang berjalan secara ketat, keras, dan penuh resiko.
Hanya orang-orang yang berkarakter kuat, penuh perhitungan, suka tantangan, bermental tidak pernah menyerah sampai titik darah penghabisan, serta mempunyai segudang ide, gagasan, dan solusi, yang akan memenangkan kompetisi tersebut. Sedangkan orang yang bermental lemah akan terlempar dari arena persaingan.
7. Memberikan Reward dan Sanksi
Siswa yang berprestasi perlu diberikan reward dan siswa yang gagal diberikan sanksi. Seoarang siswa dikatakan berprestasi jika ia menunjukkan semangat pantang menyerah, gigih menjalani proses, dan mengedepankan optimisme dalam berjuang. Seorang siswa dikatakan gagal jika ia mudah menyerah, takut tantangan, dan memilih mundur teratur dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Ketujuh tips efektif di atas hanya sebagian kecil yang ditawarkan. Tentunya masih banyak alternatif pemikiran dan dielaborasi lebih jauh agar praktisi sekolah menjadi kaya wawasan, gagasan, dan alternatif  dalam menerapakn pendidikan karakter di sekolah. Ide-ide kreatif, progresif, dan solutif harus terus dilahirkan demi kesuksesan pendidikan karakter, serta demi kebangkitan dan kemajuan bangsa ini di masa depan.

Daftar Pustaka

            Asmani, Jamal Makmur. 2012. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.. Yogyakarta: Diva Press.
Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.. Yogyakarta: Laksana.



Peran Kepala Madrasah dalam Pelaksanaan LSBS




Pemerintah selalu melakukan usaha peningkatan mutu guru melalui pelatihan dan tidak sedikit dana yang dialokasikan untuk pelatihan tersebut. Sayangnya usaha dari pemerintah ini kurang memberikan dampak yang  signifikan terhadap peningkatan mutu guru.
Ada beberapa alasan mengapa pelatihan belum dapat meningkatkan mutu pendidikan diantaranya hasil  pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas atau kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali, dan selanjutnya kembali” seperti dulu lagi, back to basic”. Hal ini disebabkan belum tentu ada monitoring pasca pelatihan, apalagi kalau kepala sekolah tidak pernah menanyakan hasil pelatihan. Selain itu kepala sekolah tidak memfasilitasi forum sharing pengalaman diantara guru-guru. Sebagai contoh pelatihan lesson study untuk madrasah. Meskipun telah dilaksanakan pelatihan dan dimonitoring, ternyata belum banyak madrasah yang melaksanakan lesson study. Lalu bagaimana peran kepala madrasah dalam pelaksanaan lesson study?
Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala sekolah bersama guru. Siapa yang melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson study yang dikembangkan. Jika orang-orang yang melakukannya adalah semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah serta kepala sekolah maka lesson study tersebut merupakan lesson study berbasis sekolah (LSBS).
Dalam kaitannya dengan berlangsungnya LSBS kepala madrasah sangat memegang peranan penting. Kepala madrasah menjadi penggerak dan motivator terlaksananya lesson study di madrasah. Pada umumnya guru belum bertindak tanpa dikomando terlebih dahulu oleh kepala madrasah. Jika ada guru yang termotivasi sedang guru yang lain kurang motivasinya maka biasanya kepala madrasah sebagai penentu.
Memulai sesuatu yang baru menuju perubahan yang lebih baik membutuhkan usaha yang tidak mudah termasuk dengan melaksanakan lesson study di madrasah. Kepala madrasah sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di madrasah diharapkan dapat menjadi motivator adanya inovasi pendidikan guna mewujudkan pendidikan yang bermutu diantaranya melalui lesson study.
Lesson study telah menjadi salah satu alternatif  yang dipilih guru-guru di Jepang untuk meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Walaupun saat ini lesson study belum menjadi tradisi dalam komunitas pendidikan di Indonesia, upaya untuk meningkatkan kualitas guru atau kualitas proses pendidikan  melalui lesson study sudah selayaknya dilakukan.
Lesson study  merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai degan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu; plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksi).
Dalam memulai adanya lesson study, hendaknya kepala madrasah membentuk tim. Namun tentunya tim tersebut tidak hanya berjalan sendiri. Kepala madrasah hendaknya mengawal dengan memberikan dorongan kepada para guru untuk dapat terlaksananya lesson study. Kepala madrasah berperan sebagai koordinator secara keseluruhan berlangsungnya lesson study.
Lesson study dimulai dari tahap perencanaan (plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama, Beberapa guru dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran. Dalam pertemuan  ini guru dapat saling berbagi pengalaman dan belajar . Dalam perencanaan ini kepala madrasah sebaiknya mendukung para guru misalnya dengan ungkapan bernada positif, seperti” Bapak dan Ibu pasti bisa!”
Langkah berikutnya dalam lesson study  adalah pelaksanaan (do) untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan. Langkah ini bertujuan untuk menguji coba efektifitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru yang lain bertindak sebagai pengamat atau observer. Dalam pelaksanaan ini kepala madrasah terlibat dalam pengamatan  pembelajaran dan memandu kegiatan ini. Kepala madrasah juga harus dapat memastikan bahwa kegiatan lesson study tidak mengganggu tugas guru.
Sebelum pelaksanaan dimulai sebaiknya dilakukan briefing  kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan. Kepala madrasah mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak boleh menganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktifitas siswa selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswa siswa, siswa bahan ajar, siswa guru, dan siswa lingkungan.
Langkah selanjutnya dalam kegiatan lesson study adalak reflection. Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara  guru dan pengamat oleh moderator. Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta untuk menyampaikan komentar dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktifitas siswa. Tentunya kritik dan saran untuk pembelajaran disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Kepala Madrasah juga perlu memberikan reward meskipun berupa pujian kepada guru model yang telah berusaha dan bersedia untuk menjadi guru model.
Dengan memberikan contoh nyata keterlibatan dalam lesson study kepala madrasah telah menunjukkan bahwa dirinya juga turut terlibat aktif dalam gerakan perubahan. Ini juga menjadikan guru dan siswa lebih mampu dan lebih tergerak ketika diminta untuk melakukan hal-hal baru. Selain itu pelaksanaan lesson study perlu diadakan monitoring dan evaluasi oleh kepala madrasah. Hal ini ditujukan untuk kelanjutan pelaksanan lesson study di masa yang akan datang.
Keberhasilan pelaksanaan lesson study berbasis sekolah yang dilaksanakan di madrasah sangat bergantung  pada peran kepala madrasah. Seorang kepala madrasah, di mana madrasah tersebut dilaksanakan lesson study berbasis sekolah harus dapat berperan sebagai penggerak, motivator, dan koordinator secara keseluruhan. Jadwal sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu tugas guru. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan lesson study juga dilakukan untuk tetap berlangsungnya lesson study.


Daftar Pustaka

            Daryanto, Mulyo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:Gava Media.
Suhadinet.wordpress.com
 

Hadiah untuk Ibu



Bel tanda masuk kelas berbunyi. Anak-anak berlarian menuju kelas masing-masing. Tak ketinggalan aku juga bergegas menuju ruang perpustakaan sekolah untuk melaksanakan tugasku setiap hari selain mengajar.
Hari ini aku tidak mengajar pagi. Aku berencana mengerjakan administrasi perpustakaan mulai dari lapor bulan, lapor triwulan, dan menata buku yang berserakan di perpustakaan karena kemarin setelah istirahat terakhir aku mengajar. Setelah itu aku akan membersihkan dan menata dagangan di koperasi.
Sewaktu aku sedang asyik menulis kudengar suara memanggilku, “ Bu kelas VI kosong, tolong diisi dulu”. Ternyata itu Ibu Kepala Sekolah. “Ya, Bu”, jawabku.
Aku segera menuju ke ruang kelas VI karena guru kelasnya kebetulan ada kepentingan sehingga berangkat agak siang. Namun selang beberapa menit aku mengajar Bapak Sugeng yang merupakan guru kelas VI datang sehingga aku kembali lagi ke perpustakaan.
Kulanjutkan tugasku, dan setelah selesai kucoba membaca-baca buku yang ada di perpustakaan. Saat aku membaca  Pak Suhar yang merupakan tukang kebun  yang biasa membuatkan minum di sekolahku datang dengan membawa air minum yang masih hangat. “Bu ini minumnya,” kata Pak Suhar. “Maaf Pak, saya puasa hari ini,“ kataku.” O,ya ini kan kamis ya, saya lupa, biasanya kan puasa,” kata Pak Suhar. Ia segera berlalu dan kembali melakukan tugasnya yang lain.
            Waktu istrahat telah tiba. Anak-anak ada yang berlari ke koperasi, halaman, dan ke perpustakaan. Aku segera menuju ke koperasi sekolah.  Meski ada anak yang berjaga tapi aku tetap mengawasi karena kadang anak yang berjaga belum datang lebih awal. Tiba-tiba ada yang memanggilku, “Bu Ani,  saya mau pinjam buku”. Aku kemudian menuju ke  perpustakaan dan mencatat buku yang dipinjam  anak tersebut.
Begitulah keseharianku  di sekolah. Dan meskipun melelahkan kujalani dengan senang hati karena aku bersyukur telah mendapat sekolah tempat aku menjadi guru. Lebih baik bekerja dari pada menganggur, meskipun sebagai GTT gajinya tak seberapa. Aku percaya akan janji Tuhan. Aku juga berprinsip seperti apa yang dikatakan seorang motivator. “Bekerjalah jangan mengharap berapa kita akan digaji tapi kita layak digaji berapa.” Jadi aku tidak memperdulikan berapa aku digaji tapi seberapa yang bisa aku berikan ditempat aku bekerja.
            Setelah waktu istirahat berakhir, aku pergi ke ruang guru untuk mengikuti rapat dewan guru. Dalam rapat itu dimusyawarahkan tentang acara perpisahan sekolah. Ternyata dana perpisahan sekolah masih belum mencukupi. Salah satu Bapak Guru mengusulkan bahwa untuk dana les yang diberikan  disumbangkan untuk dana perpisahan sekolah.” Bagaimana Bapak Ibu, apakah bisa disetujui?” tanya Bu Kepala Sekolah. Delapan puluh persen Bapak Ibu guru menyetujui. Aku hanya diam. Aku masih berpikir karena uang les  satu semester yang akan diberikan  sebenarnya akan kubelikan cincin yang meskipun kecil akan kuberikan kepada ibu di saat hari ibu di bulan Desember. Akhirnya jadilah keputusan bahwa honor les yang diterima disumbangkan untuk acara perpisahan sekolah. “Ya Allah semoga Engkau mengganti dengan yang lebih baik,” doaku dalam hati.
Selang beberapa waktu acara perpisahan pun telah dilaksanakan dan  berjalan lancar. Semua pihak diundang dalam acara perpisahan itu. Namun aku tidak mengikuti acara tersebut karena hari itu hari pendaftaran terakhir CPNS dan aku baru akan memasukkan lamaranku untuk mengikuti tes CPNS.
Beberapa waktu kemudian dilaksanakan tes. Satu bulan setelah tes diumumkan hasil ujian CPNS. Alhamdulillah namaku ada dalam daftar yang telah diumumkan lulus di sebuah koran. Aku langsung  menuju ke instansi tempat aku mendaftar. Ternyata benar namaku  ada di sana. Setelah kucocokkan dengan nomor ujian ternyata sama. Terimakasih Tuhan Engkau telah mengabulkan doaku. Engkau telah memberikan yang lebih baik bagi hambaMu ini.
Aku segera pulang untuk memberi tahu orang tuaku. Mereka sangat bahagia sekali mendengarnya. Mereka berencana akan mengadakan syukuran jika SK sudah jadi, meskipun masih mengunggu beberapa waktu lagi.
Hari Senin saat aku ke sekolah seperti biasa, aku menyampaikan hasil pengumuman kepada Bapak Ibu guru di sekolah. Mereka menyampaikan selamat. Salah seorang guru berkata,”Wah kalau Bu Ani nanti pindah siapa yang akan mengajar pramuka dan mengurusi koperasi ya?”  Mungkin nanti ada lagi yang mendaftar jadi guru di sini Bu,” jawabku.
 Selang beberapa waktu bulan Desember tepatnya hari ibu telah tiba. Aku menyampaikan selamat hari ibu kepada Ibuku. Kusampaikan bahwa aku tidak bisa memberikan apa-apa, tetapi semoga keberhasilanku telah lulus ujian CPNS bisa membahagiakan hati Ibu. Ibuku berkata,” Ibu telah bersyukur kamu telah berhasil mencapai yang kamu harapkan. Ibu hanya berharap di tempat kerjamu yang baru besuk, kamu dapat bekerja seperti saat kamu bekerja di sekolahmu dulu, biar gajinya juga berkah”. Aku tak sanggup berkata-kata hanya mengangguk saja dan kupeluk ibuku dengan erat. “Terima kasih Ibu atas doa-doa yang selalu kau panjatkan untuk anakmu ini,” ucapku dalam hati.
  Ternyata memberikan sesuatu yang mungkin berharga bagi kita dengan keikhlasan akan berbuah kebaikan juga bagi diri kita. Sedekah itu tidak hanya berupa uang tapi juga bisa dengan berupa tenaga.
 

Asyiknya Jualan Buku




Pertama kali jualan buku itu rasanya gimana gitu. Malu lah dan gimana ya? Takut dan khawatir nanti laku ga ya? Gitu.  Tapi setelah dicoba ternyata bisa. Meski dengan berlatih percaya diri, akhirnya beranikan diri mencoba. Alhamdulillah akhirnya dapat respon positif, maklum sih sudah tahu ilmunya tentng target market.
Ini adalah pengalamanku julan buku yang diterbitkan secara indie. Pertama aku hanya mencetak sedikit. Sekitar 25. Ternyata habis terjual dan dipesan dalam hari pertama aku jualan. Karena bukuku tentang siap USBN SD/MI, maka aku tawarkan buku itu ke siswa dan guru. Selain itu aku tawarkan lewat Fb. Di hari berikutnya aku pesan lagi 10 dan habis. Alhamdulillah. Akhirnya aku pesan lagi.
Meski semua sudah laku dan dipesan, sebagai penjual aku juga harus memberikan layanan yang prima, diantaranya dengan mengantarkan buku yang telah mereka pesan. Ada berbagai cerita yang kualami saat menjual buku.
Di hari pertama, aku mengantarkan buku itu kepada guru yang sudah memesan. Kebetulan guru tersebut  memesan tidak hanya satu. Ternyata sungguh di luar dugaan, aku diminta nota karena untuk laporan BOS. Ternyata apa yang kualami selama ini harus teliti dalam pengeluaran untuk sekolah juga dilakukan orang lain. Dan aku sungguh salut, beliau mempersiapkan itu sejak pertama kali transaksi. Ini adalah pelajaran buatku. Pelajaran untuk menirunya dalam hal keuangan.
Aku yang belum terbiasa berkomunikasi juga dengan guru-guru yang lain pun, juga harus belajar berkomnikasi dengan baik sebagai seorang penjual. Bersikap sopan, sabar, dan menunjukkan sikap belajar. Setelah beliau minta bukti, saya akhirnya keluar mencari nota dengan membelinya di toko. Alhamdulillah akhirnya satu masalah teratasi.
Jangan takut masalah, karena dengan masalah kita jadi belajar. Selain itu dengan masalah kita akan semakin pandai.
Selanjutnya aku juga mengantar buku ke sekolah yang lain. Tak disangka aku bisa ketemu dengan istri teman suami. Jadi suami guru tersebut adalah teman suami sekantornya.
Untuk selanjutnya aku mengantar ke guru yang lain lagi. Kali  ini beda. Ia menyambutku dengan  semangat. Dia mungkin juga merasakan kebahagiaanku dapat menerbitkan buku. Di sekolah tersebut, kebetulan aku  sudah banyak mengenal guru-guru di sana. Ada guru yang merupakan teman kuliah, ada guru TPA dan guru yang namanya hampir sama dengan aku.
Semua yang kualami tersebut tentunya tidak akan terjadi jika aku tidak menulis buku. Dua hari aku disibukkan dengan mengantar buku. Setelah buku diterima ternyata timbul masalah lain. Ada yang meminta kunci jawaban. Sebenarnya kunci jawaban sudah ada tapi belum diketik. Akhirnya aku berusaha mengetik kunci tersebut. Setalah diprint kemudian aku sebar kunci itu kepada yang membeli buku melalui wa.
Sebagian buku telah didistribusikan. Aku kemudian juga menyuruh siswaku mengerjakan buku yang telah kubuat untuk siswaku itu. Betapa kagetnya aku karena kuci yang kutulis tidak sesuai bahkan kunci itu sudah kusebar. Betapa malu aku, membuat buku pertama kali kuncinya keliru. Malam itu aku tak bisa tidur. Apa yang harus aku lakukan?
Sore hari di hari berikutnya ku membuat kunci lagi dengan menghitung jawaban dari soal itu. Ternyata ada beberapa revisi. Ya ampun, mau ditaruh di mana mukaku ini. Namun aku tidak putus asa. Segera aku buat revisi kunci dan ralat soal dan kusebar dalam bentuk fotokopi.
Setiap masalah pasti ada jalan keluar, cobalah berusaha.
Ada berbagai pelajaran yang dapat kuambil dari kejadian ini. Menyusun soal matematika itu butuh ketelitian yang sangat. Namun semuanya pasti bisa lebih baik. Memang awalnya saja aku agak ragu menyusun soal dan buku matematika itu, tapi akhirnya bisa kan? Mengapa awalnya ragu? Ya, tentu lah menyusun perlu belajar menulis simbol, diagram, dan sebagainya aku belum paham saat itu. Tetapi dengan utak atik laptop akhirnya aku bisa.
Bahkan menyusun diagram lingkaran, diagram batang, yang sebelumnya aku belum bisa lakukan, akhirnya bisa aku lakukan.
Belajar itu dengan praktek akan lebih mengena daripada hanya sekedar teori. Pengalaman adalah guru yang terbaik.